BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Teori merupakan
merupakan unsur yang penting dalam penelitian. Teori dapat dijadikan sebagai
kerangka berfikir bagi peneliti untuk memahami dan menerangkan fenomena sosial
yang menjadi pusat perhatian peneliti. Teori juga digunakan untuk menentukan
jalannya pemecahan masalah, dengan demikian maka teori dapat menjadi dasar
teoritis guna memperkuat kerangka teori dan hipotesis yang dibuat.
Bulutangkis merupakan olahraga
dengan gaya permainan cepat, pemain harus berusaha berlari kearah shuttlecock
dan berusaha mengembalikan shuttlecock kedalam lapangan permainan lawan dengan cepat dan sempurna. Dengan gaya permainan tersebut, bahwa
bulutangkis merupakan olahraga yang membutuhkan banyak energi sehingga atlet
dituntut memiliki kondisi fisik yang baik. Kondisi fisik merupakan salah satu
faktor pendukung tingkat kecakapan bermain bulutangkis.
2.1.
Kondisi fisik
Dalam konteks olahraga,
kondisi fisik akan sangat mempengaruhi bahkan menentukan gerak penampilan,
karena dengan kondisi fisik yang baik akan berpengaruh terhadap fungsi dan
sistem organisme tubuh. Untuk itu, program latihan kondisi fisik harus
dirancang dan dilakukan dengan baik serta sistematis sehingga dapat
meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan biomotorik yang dibutuhkan.
Berdasarkan uraian diatas, jelas terlihat bahwa kondisi fisik memegang peranan
penting dalam meningkatkan prestasi atlet. Dengan demikian latihan fisik harus
terencana dan terprogram dengan baik jauh sebelum pertandingan.
Menurut M Sajoto (1988:58)
kondisi fisik terdiri dari sepuluh komponen antara lain : kekuatan (strenght),
daya tahan (endurence), daya ledak otot (muscular power),
kecepatan (speed), kelentukan (flexibility), keseimbangan (balance),
koordinasi (coordination), kelincahan (agility), ketepatan (accuracy),
reaksi (reaction). Kesepuluh komponen tersebut tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lain tetapi harus saling melengkapi. Dengan kondisi
fisik yang baik maka mahasiswa akan ada peningkatan dan kecakapan bermain
bulutangkis, selain itu juga dapat mempercepat pemulihan dalam organ tubuh
setelah latihan.
Sepuluh macam komponen kondisi
fisik :
2.1.1. Kekuatan/ strenght
Kekuatan otot adalah komponen
yang sangat penting guna meningkatkan kondosi fisik secara keseluruhan. Hal
tersebut dikarenakan kekuatan adalah daya penggerak setiap aktifitas fisik,
kekuatan dapat melindungi atlet dari kemungkinan cidera, serta kekuatan dapat
memaksimalkan hasil gerakan. Jadi kekuatan tetap merupakan basis dari semua komponen kondisi fisik.
Pengertian kekuatan adalah
kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan atau force terhadap suatu
tahanan (Harsono 1988:176).
Adalah komponen kondisi fisik
yang menyangkut masalah kemampuan seorang atlet pada saat mempergunakan
otot-ototnya untuk menerima beban dalam waktu kerja tertentu (M Sajoto
1988:58).
2.1.2. Daya tahan/ endurence
Adalah keadaan atau kondisi
tubuh yang mampu bekerja dalam waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang
berlebih setelah menyelesaikan pekerjaannya tersebut (Harsono 1988:155).
Batasan daya tahan seperti
yang telah di uaraikan diatas adalah kemampuan untuk bekerja atau berlatih
dalam waktu yang lama. Ada dua sistem latihan yang dapat menjamin peningkatan daya
tahan yaitu Fartlek dan Interval training.
Fartlek adalah suatu sistem latihan daya tahan
yang bertujuan untuk membangun, mengembalikan, dan memelihara kondisi tubuh. Interval
training adalah suatu sistem latihan yang diselingi oleh interval-interval
yang berupa masa-masa istirahat. Contoh, lari – istirahat – lari – istirahat
(Harsono 1988:156).
2.1.3. Daya ledak otot/ muscular
power
Adalah kemampuan seseorang
mempergunakan kekuatan maksimalnya yang dikerahkan dalam waktu yang
sependek-pendeknya (M Sajoto 1988:8-9).
2.1.4. Kecepatan/ speed
Adalah kemampuan seseorang
untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya
(M Sajoto 1995:9).
Kecepatan adalah kemampuan
untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya (Harsono 1988:216).
Kecepatan ini sangat penting
bagi atlet bulutangkis, untuk mendapatkan kecepatan yang maksimal seorang atlet
tidaklah hanya berlatih kecepatan saja melainkan juga harus berlatih komponen
fisik yang lain. Kecepatan untuk mengayunkan raket, kecepatan untuk mengejar suttlecock
merupakan sebagian dari contoh penerapan kecepatan/ speed dalam olahraga
bulutangkis.
2.1.5. Daya Lentuk/ flexibility
Adalah efektivitas seseorang
dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas penguluran tubuh yang luas. Hal
ini akan sangat mudah ditandai dengan tingkat fleksibilitas persendian
pada seluruh tubuh (M Sajoto 1995:9).
Fleksibilitas adalah kemampuan
untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi, dan juga dipengaruhi oleh
elastis tidaknya otot-otot, tendon, dan ligamen. Oleh karena itu fleksibilitas
sangatlah penting bagi pemain bulutangkis karena dapat mengurangi resiko
terjadinya cidera juga mempunyai peluang yang besar untuk menciptakan prestasi
yang optimal dari pada atlet yang kurang fleksibel (Harsono 1988:164).
2.1.6. Kelincahan/ agility
Adalah kemampuan seseorang
untuk mengubah posisi di area tertentu. Seseorang mampu mengubah suatu posisi
yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik berarti
kelincahannya cukup baik (M Sajoto 1995:9).
2.1.7. Koordinasi/ coordination
Adalah kemampuan seseorang
untuk mengintegrasi bermacam-macam gerak yang berbeda ke dalam pola gerakan
tunggal secara efektif (M Sajoto 1995:9).
Adalah suatu kemampuan
biomotorik yang sangat kompleks. Koordinasi erat hubungannya dengan kecepatan,
kekuatan, daya tahan, fleksibilitas dan sangat penting untuk mempelajari dan
menyempurnakan teknik dan taktik. Jadi dapat kita simpulkan bahwa pengerian koordinasi
adalah gerakan tanpa ketegangan dengan urutan yang benar dan melakukan gerakan
yang komplek secara mulus tanpa mengeluarkan energi yang berlebih (Harsono
1988:221).
Tingkat kemampuan koordinasi
bagi seorang pemain bulutangkis tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan
gerakan secara mulus, tepat, dan efisien. Seorang pemain bulutangkis dikatakan
memiliki koordinasi yang baik bukan hanya karena dapat melakukan suatu
keterampilan gerak yang sempurna saja, akan tetapi juga mudah dan cepat
menguasai keterampilan yang baru baginya.
2.1.8. Keseimbangan/ balance
Adalah kemampuan seseorang
mengendalikan organ-organ saraf (M Sajoto 1995:9). Keseimbangan adalah
kemampuan untuk mempertahankan sistem neuromusculer tersebut dalam satu
posisi serta dalam sikap yang efisien selagi bergerak (Harsono 1988:223).
Seorang pemain bulutangkis
ketika melakukan gerakan melangkah pastilah membutuhkan keseimbangan. Bila
tidak di dukung dengan memiliki keseimbangan yang baik maka seorang atlet
sangat mudah terjatuh ketika pola langkah kakinya salah.
2.1.9. Ketepatan/ accuracy
Adalah kemampuan seseorang
untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat
merupakan suatu jarak yang mungkin suatu objek langsung yang harus dikenai oleh
salah satu bagian tubuh (M Sajoto 1988:590).
2.1.10. Reaksi/ reaction
Adalah kemampuan seseorang
untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggpi rangsangan yang ditimbulkan
lewat indra, saraf, feeling, dan lain-lain (M Sajoto 1988:59).
2.2.
Pengertian Latihan
Selain memiliki kondisi fisik
yang baik, mahasiswa IKK bulutangkis PKLO FIK
UNNES juga melakukan latihan rutin yang
diselenggarakan dua kali dalam satu minggu di kampus FIK. Latihan ini juga
ditujukan untuk meningkatkan kecakapan dalam bermain bulutangkis.
Latihan atau training
adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan
secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau
pekerjaan (Harsono,1988:101).
Latihan atau training
adalah peran serta yang sistematis dalam latihan yang bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas fungsional fisik dan daya tahan latihan. Dalam bidang olahraga tujuan
akhir latihan adalah untuk meningkatkan penampilan olahraga (Pate Rotella
1993:317).
Latihan atau training
adalah suatu proses yang sistematis dengan tujuan meningkatkan fitnes atau
kesegaran seorang atlet dalam suatu aktivitas yang dipilih. Ini adalah proses
jangka panjang yang semakin meningkat dan mengakui kebutuhan individu-individu
atlet serta kemampuannya (PASI, 1993:61).
Latihan atau training
adalah suatu proses kerja yang harus dilakukan secara sistematis,
berulang-ulang, berkesinambungan dan makin lama jumlah beban yang diberikan
makin bertambah. Faktor latihan tidak bisa lepas dari penentuan waktu yang
dipergunakan dalam pembinaan. Waktu latihan harus ditetapkan terlebih dahulu,
kapan latihan diselenggarakan dan berapa lama latihan itu berlangsung, Tohar
(1992:110).
Tujuan utama dari latihan atau
training adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya.
Semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal itu, ada empat aspek yang perlu
diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh yaitu (1) latihan fisik, (2)
latihan teknik, (3) latihan taktik, dan (4) latihan mental.
2.3.
Aspek-aspek latihan
2.3.1. Latihan Fisik
Latihan fisik adalah latihan
yang bertujuan untuk menguatkan kondisi fisik. Tanpa kondisi fisik yang baik, atlet
tidak akan dapat mengikuti latihan-latihan apalagi untuk bertanding. Beberapa
unsur kemampuan fisik dasar yang perlu dikembangkan adalah : kekuatan, daya
tahan, kelenturan, kelincahan, kecepatan, daya ledak, stamina, reaksi.
Dari delapan unsur latihan
fisik tersebut di atas, semuanya haruslah dilatih dan jangan ada yang sampai
tertinggal. Agar latihan fisik itu dapat ditangani dengan sungguh-sungguh maka
harus memperhatikan unsur-unsur tersebut dan dalam pelaksanaannya harus
dilakukan secara sistematis, teratur, terus-menerus dan berkesinambungan. Hal
ini sangat diperlukan karena dalam sebuah permainan bulutangkis membutuhkan
fisik yang kuat agar permainannya dapat berkembang.
Setiap kegiatan latihan selalu
diawali dengan stretching atau peregangan dan warming-up yang
bertujuan untuk peregangan, pelentukan, penguluran, serta menaikkan temperatur
tubuh. Kegiatan awal ini dilakukan untuk menyiapkan organ-organ dalam tubuh
untuk menghadapi beban yang lebih berat pada saat latihan dan dapat mencegah
cidera pada otot. Terdapat delapan macam kegiatan latihan fisik : Tohar
(1992:112).
2.3.1.1. Cross Country
Adalah latihan lari dengan
menempuh jarak yang jauh melintasi alam terbuka dengan kecepatan sedang.
2.3.1.2. Fartlek
Latihan yang diberikan dengan
cara lari cepat dan lambat bergantian tanpa melakukan istirahat. Latihan
semacam ini dapat dilakukan di lapangan terbuka atau lari mengelilingi lapangan
bulutangkis.
2.3.1.3. Interval training
Latihan lari dengan menempuh
jarak tertentu dengan disertai ulangan-ulangan atau repetisi dengan jarak
tempuh, repetisi, waktu dan lama istirahat yang sudah ditentukan.
2.3.1.4. Weight training
Latihan ini bertujuan untuk
mempertinggi kesegaran fisik secara keseluruhan, juga untuk mengembangkan
unsur-unsur ketepatan, kekuatan, daya tahan dan kekuatan yang mendadak atau explosive
power.
2.3.1.5. Circuit training
Adalah bentuk latihan yang
dimodifikasi dengan model penerapan pos-pos yang dapat mendorong rasa penasaran
atlet dan memacu semangat atlet untuk melangkah ke pos selanjutnya.
2.3.1.6. Loncat tali
Bentuk latihannya adalah
menggunakan seutas tali yang digerakkan memutar dan atlet melewatinya dengan
meloncat-loncat. Latihan ini
bertujuan untuk melatih kekuatan, kelincahan gerakan kaki dan kelentukan
pergelangan tangan.
2.3.1.7. Lampu reaksi
Bentuk latihannya adalah
menyesuaikan gerakan pada saat bermain bulutangkis dengan melihat lampu yang
diletakkan diatas net. Gerakan disesuaikan dengan arah lampu mana yang menyala.
Lampu tersebut diberi tanda dimana pemain tersebut nantinya akan melangkah
entah itu kedepan, belakang, kanan maupun ke kiri.
Pemain harus berlari dengan cepat
dan kembali lagi ke titik tengah lapangan dengan cepat pula. Tujuan latihan ini adalah untuk melatih
gerakan kaki, kelincahan dan reaksi pemain.
2.3.1.8. Senam
Latihan senam yang diberikan
bertujuan untuk mengembangkan kecakapan menguasai gerak dan kelentukan
melakukan gerakan. Latihan ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan alat atau
tidak menggunakan alat.
Contoh senam menggunakan alat
adalah seperti menggunakan bola medisin, bangku swedia, barbel dan lain-lain.
Contoh senam yang tidak menggunakan alat seperti penguluran dan senam dinamis.
2.3.2. Latihan Teknik
Latihan teknik adalah latihan
untuk meningkatkan dan mengembangkan penguasaan ketrampilan teknik gerak dalam
permainan bulutangkis. Penguasaan teknik-teknik dasar adalah sangat penting
karena menentukan ketrampilan dan kemahiran secara keseluruhan gerak, dengan
ini berarti gerak-gerak dasar yang terdapat dalam olahraga bulutangkis haruslah
dilatih dan dikuasai secara sempurna (Harsono,1988:100).
Penekanan latihan ini pada
kesempurnaan teknik dasar, teknik pukulan dan pola pukulan secara keseluruhan.
Selain itu juga bertujuan untuk mengembangkan kebiasaan motorik dan
perkembangan perasaan gerak. Latihan-latihan dasar harus dikuasai oleh pemain
secara sempurna.
Yang dimaksud dengan latihan
teknik dasar adalah melakukan latihan gerakan dasar atau cara mengembangan
teknik dasar yang ada dalam permainan bulutangkis seperti memegang raket,
melangkahkan kaki, gerakan pergelangan tangan, pemusatan pikiran dan lain
sebagainya. Terdapat juga latihan teknik pukulan yang bertujuan untuk
mengembangkan kematangan penguasaan pukulan seperti pukulan service, lob,
dropshot, smash, drive dan pengembalian service.
Untuk pola yang akan
dikembangkan adalah mengenai penguasaan gabungan teknik pukulan yang
dikombinasi. Pelaksanaan latihan teknik ini dapat dilakukan dengan menggunakan
satu lapangan penuh atau separo lapangan, Tohar (1992:112).
2.3.3. Latihan Taktik
Latihan taktik bertujuan untuk
mengembangkan dan menumbuhkan kemampuan memperkirakan atau menafsirkan pola
permainan lawan dan mampu menjelmakan bentuk pola-pola permainan, strategi
serta taktik pertahanan dan penyerangan sehingga dapat berkembang menjadi satu
kesatuan gerak yang sempurna. Latihan taktik akan berjalan mulus apabila teknik
dasar sudah dikuasai dengan baik dan atlet mempunyai tingkat kecerdasan yang
baik.
Taktik adalah upaya untuk
mencari jalan keluar dari tekanan dari pihak lawan. Taktik memegang peranan
penting dalam penentukan menang kalahnya suatu permainan, maka latihan
pengetrapan taktik dalam permainan bulutangkis perlu dilatih dan dipelajari
oleh para pemain, Tohar (1992:116).
2.3.4. Latihan Mental.
Latihan mental adalah latihan
yang menekankan pada perkembangan psikologis terutama perkembangan kedewasaan
dan emosi atlet seperti semangat bertanding, sikap pantang menyerah,
keseimbangan emosi terutama bila dalam situasi stress, fair play,
percaya diri, kejujuran dan bekerja sama serta sifat-sifat positif lainnya.
Latihan mental ini sama pentingnya dengan ketiga aspek tersebut diatas, hal ini
karena betapa sempurnanya perkembangan fisik, teknik dan taktik atlet apabila
mentalnya tidak turut berkembang, maka prestasi tinggi tidak akan tercapai.
Kesalahan umum yang banyak di alami apabila aspek psikologis ini diabaikan dan
kurang mendapat perhatian dari para pelatih, sehingga atlet pada saat
bertanding mengalami ”demam panggung”.
Tujuan pendidikan dalam
latihan mental diarahkan untuk mencapai penyempurnaan kelengkapan pemain dalam
menghadapi tugas-tugasnya untuk memenangkan pertandingan dan pembentukan watak
sebagai dasar kehidupan selanjutnya agar dikemudian hari pemain tersebut dapat
menjadi teladan bagi masyarakat sekelilingnya Tohar (1992:116).
2.4.
Prinsip-prinsip Latihan
Prinsip-prinsip yang akan
dikemukakan di sini adalah prinsip-prinsip yang paling mendasar akan tetapi
penting dan yang dapat diterapkan pada olahraga bulutangkis. Prinsip-prinsip
ini haruslah diketahui dan benar-benar dikuasai oleh pelatih maupun atlet.
Dengan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip latihan, atlet akan lebih cepat
meningkatkan prestasinya karena dengan itu akan lebih memperkuat keyakinannya
akan tujuan dari latihan-latihannya.
2.4.1. Prinsip Beban
Berlebih (overload)
Prinsip Beban Berlebih (overload)
adalah prinsip latihan yang paling mendasar akan tetapi paling penting, karena
prinsip ini bisa berlaku baik dalam melatih aspek-aspek fisik, teknik, taktik
maupun mental.
Kita ketahui bahwa sistem
faaliah dalam tubuh kita pada umumnya mampu untuk menyesuaikan diri dengan
beban kerja dan tantangan yang lebih berat dengan beban yang kita jumpai sehari
hari. Dalam olahraga bulutangkis, agar prestasi atlet dapat meningkat atlet
harus selalu berusaha untuk berlatih dengan beban kerja yang ada di atas ambang
rangsang kepekaannya (threshold of sensitivity). Kalau beban latihan
terlalu ringan dan tidak ditambah (tidak diberi overload), maka berapa
lamapun latihan itu dilakukan peningkatan prestasi tidak akan terjadi.
Pada permulaan berlatih dengan
beban latihan yang lebih berat pasti atlet akan menemui kesulitan-kesulitan,
oleh karena tubuh belum mampu untuk menyesuaikan diri dengan beban yang lebih
berat tersebut. Akan tetapi apabila latihan dilakukan secara terus menerus dan
berulang-ulang, maka suatu ketika beban latihan (yang lebih berat) tersebut
akan dapat di atasi, malah kemudian akan terasa menjadi semakin ringan. Hal ini
berarti prestasi atau kemampuan atlet tersebut telah mengalami peningkatan.
Langkah selanjutnya adalah meningkatkan lagi beban latihan atlet, artinya
meningkatkan ambang rangsang kepekaannya. Peningkatan beban latihan yang terus menerus ini
diistilahkan dengan progressive overloading. Peningkatan beban latihan
yang terus menerus dengan beban yang progressive ini merupakan titik
sentral dalam setiap program latihan.
Jadi, selama beban kerja dan
tantangan-tantangan yang diterima masih berada dalam batas-batas kemampuan dan
tidak menimbulkan perasaan tertekan pada
atlet, hal tersebut tidak akan menimbulkan ketegangan yang berlebihan, selama
itu pula proses perkembangan fisik maupun mental atlet masih akan terus
berkembang. Inilah yang menjadi inti dari prinsip beban berlebih (overload).
Dengan berprinsip pada beban
berlebih (overload) maka kelompok-kelompok otot akan berkembang
kekuatannya secara tepat guna. Penggunaan beban berlebih (overload) akan
merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh yang mendorong peningkatan
kekuatan otot, (Harsono,1988:103).
2.4.2. Prinsip Penambahan
Beban Secara Progresif
Sejak otot yang menerima beban
berlebih, kekuatannya menjadi bertambah. Bila kekuatan sudah bertambah dan
program latihan tidak lagi dapat menambah kekuatan otot, perlu adanya
penambahan beban. Penambahan dilakukan bila otot yang sedang dilatih belum
merasakan lelah pada suatu set dengan repetisi yang ditentukan.
2.4.3. Prinsip Pengaturan
Latihan
Program latihan hendaknya
diatur agar tidak terjadi bagian otot-otot tubuh yang sama mendapatkan dua kali
latihan secara berurutan, misalkan latihan bench press dan overhead atau
standing press.
2.4.4. Prinsip Program
Latihan
Program letihan berbeban dalam
beberapa hal hendaknya bersifat khusus. Misal pengembangan kekuatan adalah
khusus bukan hanya bagi kelompok otot tertentu yang dilatih, tetapi juga
terhadap pola gerakan yang dihasilkannya.
Dari keempat prinsip-prinsip
latihan tersebut, yang dapat mempengaruhi baik tidaknya tingkat kecakapan
bermain bulutangkis adalah Prinsip Beban
Berlebih (overload) karena Prinsip Beban Berlebih (overload)
adalah prinsip latihan yang paling mendasarakan tetapi paling penting. Tanpa
penerapan prinsip beban berlebih dalam latihan bulutangkis, tidak mungkin
prestasi atlet akan meningkat. Prinsip beban berlebih bisa berlaku baik dalam
melatih aspek-aspek fisik, teknik, taktik dan mental bermain bulutangkis.
2.5.
Kualitas latihan
Lebih penting dari
latihan adalah mutu atau kualitas latihan yang diberikan oleh pelatih kepada
atlet. Setaip latihan haruslah berisi dril-dril yang bermanfaat dan yang jelas
arah serta tujuan latihannya. Atlet haruslah merasakan bahwa apa yang diberikan
oleh pelatih adalah memang berguna baginya, dan bahwa hari itu dia telah lagi
belajar atau mengalami sesuatu yang baru. Kalau dibidang fisik, teknik,atau
taktik,dalam segi mental dia telah mendapatkan pengalaman yang baru yang dirasakannya
sebagai sesuatu yang penting dan berguna baginya.
Berlatih secara intensif
saja belumlah cukup apabila latihan itu tidak berbobot, bermutu dan
berkualitas. Sebagai contoh : Seorang pelatih bulutangkis pada suatu latihan
memberikan jadwal latihan yang padat berupa warming-up selama 30 menit, latihan
berbagai bentuk melangkahkan kaki atau footwork selama 30 menit, disusul
dengan berbagai variasi latihan pukulan, kemudian beberapa drills dalam
pertahanan dan penyerangan, dan latihan diakhiri dengan permainan selama 2 x 30
menit tanpa istirahat. Sebelum melakukan pendinginan, atlet masih harus
melakukan latihan fisik berupa sit-ups dan push-ups. Seluruh
latihan tersebut dilakukan dalam tempo yang tinggi.
Setelah latihan memang
tampak para atlet bercucuran keringat dan penat karena telah mengeluarkan usaha
maksimalnya. Dan tidak dapat kita pungkiri bahwa latihan tersebut merupakan
latihan yang benar-benar intensif.
Latihan yang telah
dilakukan secara intensif belum bisa dikatakan latihan yang bermutu atau berkualitas.
Latihan yang berkualitas adalah latihan dan drill-drill yang diberikan memang
benar-benar sesuai dengan kebutuhan atlet, diberikan koreksi-koreksi yang konstruktif,
pengawasan oleh pelatih sampai ke detail-detail gerakan dan penerapan
prinsip-prinsip overload baik dalam segi fisik maupun mental atlet.
Latihan-latihan yang
dilakukan walaupun kurang intensif, akan tetapi berkualitas, sering kali lebih
berguna daripada latihan yang dilakukan secara intensif akan tetapi tidak
berkualitas atau bermutu. Alangkah baiknya bila latihan tersebut dilakukan
secara intensif dan latihan tersebut sekaligus adalah latihan yang bermutu maka
akan mendapatkan hasil yang optimal.
Latihan juga harus
memperhatikan kesempurnaan gerak agar memperoleh hasil yang sempurna. Jadi,
pelatih maupun atlet harus benar-benar mengerti bahwa sukses harus bisa dicapai
melalui latihan yang berkualitas dan pelaksanaan yang sempurna dari apa yang
dilatih. Atlet juga harus mengerti bahwa waktu untuk berlatih itu terbatas dan
tidak boleh di sis-siakan. Untuk menghasilkan kualitas latihan yang optimal,
konsentrasi dalam latihan sangat diperlukan. Oleh karena itu atlet harus di
ajarkan untuk mencurahkan perhatiannya pada setiap latihan.
2.6.
Lama latihan
Kekeliruan yang umum
dilakuan oleh banyak pelatih kita adalah bahwa mereka lebih menekankan pada
lamanya latihan daripada penambahan beban latihan. Waktu latihan sebaiknya
adalah pendek akan tetapi berisi dan padat dengan kegiatan-kegiatan yang
bermanfat. Kecuali waktunya yang pendek, latihan harus juga dilakukan sesering
mungkin. Setiap latihan tersebut harus dilakukan dengan usaha yang
sebaik-baiknya dan dengan kualitas atau mutu yang tinggi.
Haruslah diperhatikan
apabila atlet-atlet telah mulai banyak yang melakukan kesalahan maka latihan haruslah
segera di hentikan atau di istirahatkan. Hal seperti ini salah satunya dikarenakan atlet telah mengalami kelelahan.
Apabila atlet telah mengalami kelelahan yang sangat akan mudah membentuk
kebiasaan-kebiasaan yang salah atau handicaping habit. Apabila
kebiasaan-kebiasaan yang salah tersebut telah terpatri dan digunakan secara
terus menerus maka sangat sukar untuk melakukan pembenahan atau pembetulan.
Sebagaimana kita sukar untuk membujuk perokok untuk berhenti.
Suatu keuntungan dari latihan
yang pendek adalah bahwa hal ini akan terus membawa atlet dalam alam berfikir
tentang latihannya, artinya segala sesuatu yang diberikannya dalam latihan akan
dapat terus teringat di alam fikirannya.
Apabila latihan berlangsung
terlalu lama dan terlalu melelahkan maka bahayanya atlet akan memandang setiap
latihan itu sebagai suatu siksaan. Setelah latihan habis dan putus pula
hubungannya dengan hal-hal yang menyangkut dengan latihan tadi serta pada
latihan-latihan berikutnya ditatapnya dengan perasaan egois dan muak. Bila hal
ini telah terjadi, maka kita sebagai pelatih sebenarnya telah gagal memberikan
motifasi kepada atlet dan dalam menumbuhkan keinginannya untuk berlatih. Oleh
karena itu belum tentu seorang atlet enggan pergi ketempat latihan disebabkan
karena dia malas.
2.7.
Teknik Pukulan
Dalam kegiatan latihan,
mahasiswa IKK bulutangkis juga diajarkan berbagai teknik pukulan dalam
permainan bulutangkis. Teknik pukulan dalam permainan bulutangkis merupakan
komponen dasar yang harus di kuasai oleh pemain bulutangkis. Menurut Tohar
(1992:40),” teknik pukulan merupakan cara cara-cara melakukan pukulan dalam
permainan bulutangkis dengan tujuan untuk menerbangkan shuttlecock ke
bidang lapangan lawan”. Disini teknik pukulan berperan sangan penting karena
seseorang tidak akan dapat bermain bulutangkis bila tidak menguasai
teknik-teknik pukulan.
Gerakan dasar melakukan
pukulan ini mempunyai sikap badan yang sama, dalam penampilan hanya gerakan
dari tangan yang menghasilkan pukulan yang bermacam-macam misalnya melakukan
pukulan overhead lob, smash dan dropshot dalam sikap pengambilan
yang sama posisinya. Bedanya hanya setelah shuttlecock yang berada di
atas kepala, maka ayunan yang dilakukan oleh tangan dan pergelangan tangan,
pengambilannya yang berbeda, sehingga dapat menghasilkan pukulan sesuai dengan
arah yang dikehendaki.
Agar dapat melakukan pukulan
bola dengan baik, seorang pemain harus di dasari dengan teknik memukul bola
dengan benar. Walaupun banyak jenis daan bentuk pukulan dalam permainan
bulutangkis, namun yang perlu diperhatikan adalah gerakan permulaan, saat
perkenaan,dan penyelesaian akhir.
Dari masing-masing teknik
pukulan dalam permainan bulutangkis ternyata mempunyai ciri-ciri dan keistimewaan
keterampilan tersendiri yang perlu dikuasai. Untuk menguasai salah satu tenik
pukulan dapat dilakukan dengan latihan melatih sendiri khususnya teknik pukulan
tersebut.
Untuk melakukan pukulan dalam
bulutangkis ada beberapa macam cara sehingga akan menghasilkan pukulan yang
beragam pula. Macam-macam pukulan dalam
permainan bulutangkis antara lain adalah sebagai berikut:
2.5.1. Pukulan Service
Pengertian pukulan service
adalah: Pukulan dengan raket yang menerbangkan shuttlecock kebidang
lapangan pihak lawan secara diagonal dan bertujuan sebagai pembuka permainan
yang merupakan suatu pukulan penting dalam suatu permainan bulutangkis
(Tohar,1992:40). Cara melakukan pukulan ini dapat di lakukan baik dengan forehand dan backhand.
Macam-macam service dalam bulutangkis antara lain:
2.5.1.1.
Pukulan
Servis Pendek atau Short Service
Menurut Tohar (1992:41) Pukulan servis pendek adalah
melakukan pukulan service dengan mengarahkan shuttlecock dengan tujuan
kedua sasaran yaitu : kesudut titik perpotongan antar garis service depan
dengan garis tengah dan garis service dan garis tepi, sedangkan jalannya shuttlecock
menyusur tipis melewati net.
2.5.1.2.
Service panjang (clear/long service)
Menurut Tohar (1992:42) Pukulan servis panjang, lob atau
clear adalah pukulan service yang dilakukan dengan cara menerbangkan shuttlecock
setinggi-tingginya dan jatuh kegaris belakang bidang lapangan lawan. Service
panjang untuk pemaian tunggal harus dilakukan dengan cara memukul shuttlecock
dengan kekuatan yang penuh. Shuttlecock yang dipukul harus diusahakan
jatuh menurun secara tegak lurus kebawah disuatu tempat digaris belakang
lapangan pihak lawan terutama diarahkan disudut-sudut perpotongan antara garis
tepi untuk permainan tunggal dan perpotongan antara garis tengah dengan garis
belakang.
Tujuan dan maksud
menggunakan pukulan service panjang ini adalah untuk menekan posisi pihak lawan
kegaris belakang, agar supaya lapangan bagian depan menjadi kosong. Tetapi
harus diingat bahwa melakukan pukulsn service panjang ini harus hati-hati
karena biasanya pihak lawan akan menyerang dengan pukulan yang keras dan curam
sehingga perlu waspada untuk menangkis serangan tersebut.
2.5.1.3.
Service drive (drive service)
Yang dimaksud service drive menurut Tohar (1992:44)
Pukulan servis drive adalah pukulan service dengan cara menerbangkan shuttlecock
secara keras, cepat mendatar dan setipis mungkin melewati net serta sejajar
dengan lantai. Arah tujuan pukulan itu berada ditempat titik-titik perpotongan
antara garis belakang dengan garis tengah lapangan. Yang penting pada service
ini adalah samping lajunya penerbangan shuttlecock, juga mengenai arah
dan mendatarnya penerbangan shuttlecock tersebut.
Tujuan pukulan service drive ini tidaklah untuk
mematikan lawan atau memenangkan angka secara langsung, melainkan untuk
menempatkan lawan pada posisi terpaksa sehingga pihak lawan akan mengembalikan
pukulan service tersebut dengan lemah dan mudah untuk dimatikan. Pukulan
service drive ini banyak digunakan dalam permainan ganda dengan cara mengambil
posisi berdampingan. Untuk permainan tunggal, service ini digunakan apabila
telah diketahui bahwa lawan tidak dapat melakukan pengembalian bola lagi dengan
sempurna.
Agar pemain dapat melakukan service drive ini secara
baik, hendaknya pemain itu bediri agak kebelakang dan menjauhi dari garis
tengah lapangan. Dalam pelaksanaannya shuttlecock juga harus dilemparkan
atau dijatuhkan agak jauh dari badan, sehingga sikap pergelangan dalam melakukan
pukulan dapat bergerak bebas dan leluasa mengayunkan raket.
2.5.1.4.
Service
cambuk (flick service)
Yang dimaksud service flick menurut Tohar
(1992:45) Pukulan servis cambukan atau flick adalah pukulan service yang
dilakukan dengan cara dicambukkan. Gerakan dalam melakukan pukulan adalah sama
dengan cara melakukan servis biasa, tetapi setelah terjadi persentuhan raket
dengan shuttlecock atau impact, secara mendadak pukulan
dicambukkan. Peranan pergelangan tangan yang lentuk dan leluasa disini memegang
kendali dari hasil pukulan yang dilakukan, sehingga penafsiran pihak lawan akan
keliru atau salah menduga.
Dalam permainan ganda, biasanya lawan ingin berusaha
menyerobot ke depan pada waktu menerima service pendek. Dengan melakukan
cambukan pada pukulan service pendek akan menghasilkan arah bola yang meluncur
tinggi dan cepat melewati pemain lawan dengan mengarah kebelakang, sehingga
lawan dapat dikelabuhi karena sudah terlanjur bergerak kedepan karena ingin
menyerobot service.
Tujuan dari service cambuk ini adalah merusak posisi
lawan dan dapat menghasilkan pukulan yang langsung mematikan permainan
lawan.pukulan service ini dalam pelaksanaannya hanya menggunakan tenaga yang
sedikit. Bila dilakukan dengan sempurna akan menghasilkan angka secara langsung.
Hal ini tergantung pada gerakan yang mendadak dari pergelangan tangan dalam
waktu yang singkat dan cepat.
2.5.2. Pukulan Lob Atau
Clear
Pukulan lob
adalah: suatu pukulan dalam permainan bulutangkis yang dilakukan untuk
menerbangkan shuttlecock setinggi mungkin mengarah jauh kebelakang garis
lapangan (Tohar, 1992:47). Tujuan dari pukulan melambung atau pukulan lob
antara lain untuk mengadakan serangan atau lazimnya disebut attacking
lob yaitu suatu cara melakukan pukulan lob dengan mengerahkan shuttlecock kearah
belakang dengan ketinggiannya sukar untuk dijangkau atau diraih oleh pihak
lawan. Penerbangan shuttlecock tidak terlalu rendah dan tidak terlalu
tinggi, asal dapat melewati jangkauan raket lawan, pukulan lob serangan ini
merupakan salah satu pukulan dalam permainan yang dapat mendesak posisi lawan
agar posisi lawan yang stabil dapat dirubah menjadi out-position atau
posisi yang kacau sehinga untuk serangan selanjutnya dapat menerobos pertahanan
lawan.
Pukulan lob selain dapat
digunakan sebagai pukulan serangan, juga dapat digunakan sebagai pukulan
bertahan atau sering disebut diffensif lob. Cara ini dilakukan untuk
memperbaiki posisi yang labil dan goyah, karena mendapatkan pukulan serangan
dari lawan. Selain itu dapat juga digunakan untuk memperlambat tempo permainan,
sehingga dapat kembali ke posisi yang baik.
Arah dari pukulan lob dapat
dilakukan lurus atau menyilang. Untuk kedua cara ini yang diutamakan adalah
mengenai kedalaman dari jatuhnya shuttlecock. Hasil pukulan lob yang
terlalu tanggung penerbangannya, akan menjadi umpan bagi lawan dan mudah untuk
dimatikan. Pengajaran bagi pemain bulutangkis untuk melakukan pukulan lob
diusahakan untuk melakukannya sebanyak-banyaknya dan diarahkan untuk melakukan
pukulan secara keras melambung kebelakang. Cara pengajarannya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
menggunakan separo lapangan dan menggunakan satu lapangan penuh. Tujuan
menggunakan separo lapangan adalah untuk memperbanyak menggunakan kesempatan
melakukan pukulan lob agar dapat dikuasai dengan baik. Sedangkan tujuan
menggunakan satu lapangan penuh adalah untuk menguasai cara melakukan pukulan
lob dengan mengarahkan shuttlecock kesudut-sudut belakang lapangan baik
sebelah kanan maupun kiri. Menurut Tohar (1992:47), cara mekukan pukulan Lob
Atau Clear dapat dilaksanakan dengan 2 cara yaitu:
2.5.2.1.
overhead lob
Adalah pukulan lob yang
dilakukan dari atas kepala dengan cara menerbangkan shuttlecock melambung kearah belakang.
2.5.2.2.
Underhand lob
Adalah pukulan lob dari
bawah yang dilakuan dengan memukul shuttle cock yang berada dibawah badan dan
dilambungkan tinggi ke belakang.
2.5.3. Pukulan Dropshot
Pukulan dropshot adalah ”pukulan yang lambat atau pelan, yang
jatuh tepat di muka jaring, di lapangan muka lawan anda, sebaiknya di depan
garis’ service’ pendek ”(Poole, 2004:34).
Menurut Tohar (1992:50),
”pukulan dropshot adalah bentuk pukulan yang meluncurkan shuttlecock jatuh
dekat dengan net dan rapat dengan net lapangan daerah lawan”.
Dibandingkan dengan
pukulan netting, pukulan dropshot meluncur shuttlecock lebih
cepat sedikit tapi faktor kesulitannya lebih sukar diduga arah dan jatuhnya shuttlecock,
sehingga lawan yang kurang berpengalaman akan terlambat mengantisipasi dan
mengalami kesukaran dalam mengembalikan shuttlecock yang terlambat
dijemput dan rapat jatuhnya di net (Tohar 1992: 50).
Menurut Tohar (1992:51), pukulan dropshot
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
2.5.3.1.
Pukulan dropshot dari atas.
Pukulan ini dilakukan dengan
cara memukul dropshot dari atas yang mempunyai posisi hamper sama dengan
pukulan lob atau smas pada pukulan dropshot shuttlecock tidak
dipukul secar keras dan sekuat tenaga tetapi pada saat impact atau
perkenaan shuttlecock dengan raket gerakan ayunan tangan yang memegang
raket secara mendadak ditahan dan perkenaan itu ditahan serta diarahkan secara
curam dengan sedikit mendorong raket kedepan sehingga shuttlecock yang
dipukul secara dorongan perlahan itu dapat menghasilkan pukulan yang dekat
dengan net. Menurut Tohar (1992:51), pukulan dropshot dari atas kepala
ada beberapa macam cara melakukan yaitu :
a.
Pukulan Drop
Secara Penuh
Menurut Tohar (1992:51), Pengertian drop secara
penuh adalah pukulan drop yang diakukan dengan cara datangnya shuttlecock
dipukul secara tegak lurus terhadap perkenaan pada raket.
b.
Pukulan Drop
Potong atau Iris
Menurut Tohar (1992:52), Pukulan drop dipotong
artinya pukulan yang dilakukan dengan cara menerbangkan shuttlecock
kedaerah lawan dengan menjatuhkan sedekat mungkin dengan net.
c.
Pukulan Dropshot
Secara dicambuk atau flik
Menurut Tohar (1992:53), Pengertian pukulan dropshot secara
dicambuk adalah pukulan drop yang dilakukan pada saat posisi shuttlecock
berada di atas kepala raket diraihkan setingginya untuk memukul shuttlecock,
pada saat impact raket tidak dipotongkan tetapi dengan pergelangan
tangan dicambukkan untuk memukul shuttlecock. Cambukan ini dilakukan
dengan cara menerjunkan daun raket menghadap kebawah secara mendadak dan
sasaran yang dituju ditengah-tengah lapangan baik secar lurus maupun secara
menyilang.
2.5.3.2.
Pukulan dropshot dari bawah.
Menurut Tohar (1992:55)
pukulan ini dilaksanakan dengan cara menyebrangkan shuttlecock ke daerah
lawan denganmenjatuhkan shuttlecock sedekat mungkin dengan net. Pukulan
ini dilakukan pada saat shuttlecock berada dibawah badan dengan
menerbangkan shuttlecock leat diatas net dan jatuhnya harus dekat dengan
net diseberang lapangan lawan. Pengambilan pukulan drop dari bawah
diusahakan setinggi net sehingga dapat dimainkan apakan dengan didorong atau
dipotong atau diangkat, hai ini tergantung pada situasi dan kondisi dalam
permainan. Tetapi bila shuttlecock itu sudah berada dibawah net maka
hanya dapat diangkat atau diiris secara membalik sehingga penerbangan
shuttlecocok dapat melaju keras, agar dapat melewati net.
2.5.4. Pukulan Drive
Atau Datar
Menurut Tohar (1992:65)
pukulan drive adalah pukulan yang dilakukan dengan cara menerbangkan shuttlecock
secara mendatar, ketinggianya menyusur diatas net dan penerbangannya
sejajar dengan lantai.Cara melakukan pukulan ini yaitu posisi badan sedikit
miring menghadap net lapangan, lalu pukulan shuttlecock dari samping badan setinggi pundak mendatar
melewati net lapangan. Yang banyak berpengaruh dalam pukulan ini adalah posisi
badan dan gerakan pergelangan tangan. Menurut kegunaannya dan arahnya pukulan drive
dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
2.5.4.1.
Pukulan Drive
Panjang
Yang dimaksud pukulan drive panjang
adalah pukulan drive yang dihasilkan dengan menerbangkan shuttlecock
secara mendatar, ketinggiannya menyusur diatas net dan penerbangannya sejajar
dengan lantai.
2.5.4.2.
Pukulan Drive
Setengah Lapangan
Yang dimaksud pukulan drive
setengan lapangan adalah pukulan yang dihasilkan dengan tujuan menjatuhkan shuttlecock
kearah tengah bagian samping dari lapangan pihak lawan dan kegunaannya untuk
menarik pihak lawan agar tertarik kesamping tengah sehingga posisi dapat
tergoyahkan dan untuk diadakan tekanan lagi yang lebih kuat sehingga
pengembalian akan melambung
2.5.4.3.
Pukulan Drive
Pendek
Yang dimaksud pukulan drive pendek
adalah pukulan yang dilakukan dengan mengarahkan agar supaya shuttlecock
jatuh sedekat mungkin dengan net didaerah lawan.
2.5.5.
Pukulan Netting
atau Jaring
Menurut Setyaki Eka Anugerah (1986:69) pukulan netting
atau jaring adalah bola yang dipukul halus dan mempermainkan bola dibibir net
dan memerlukan kecermatan yang penuh perasaan atau feeling.
Menurut Marta Dinata (2006:18) pukulan netting adalah
merupakan pukulan yang dilakukan dekat net, diarahkan sedekat mungkin ke net,
dipukul dengan sentuhan tenaga halus sekali. Pukulan netting yang baik yaitu
apabila bola dipukul halus dan melintir tipis dekat sekali dengan net.
2.5.6. Pukulan smash
Menurut Tohar (1992:57),
pukulan smash adalah pukulan yang keras dan curam ke bawah mengarah ke
bidang lapangan pihak lawan. Pukulan smash merupakan pukulan serangan
dengan tujuan mematikan pertahanan lawan dan untuk mendapatkan angka atau pindah
service bagi pemain yang melakukan smash tersebut.
Menurut Subardjah,
(2000: 47). “Pukulan smash merupakan pukulan yang keras dan tajam,
bertujuan untuk mematikan lawan secepat-cepatnya”. Pukulan smash hanya
dapat dilakukan dari posisi overhead. Gerakan smash hampir sama
dengan smash dan lob, perkenaan raket bisa lurus, bisa juga
dengan cara dimiringkan. Pukulan ini lebih mengandalkan kekuatan dan kecepatan
lengan serta lecutan pergelangan tangan.
Menurut Marta Dinata
(2006:15) pukulan smash adalah pukulan overhead (atas) yang diarahkan ke
bawah dan dilakukan dengan penuh tenaga.
Gambar 2.1
Pukulan smash
( M.L Johnson, 1990:33)
Menurut Tohar pukulan smash dapat dilakukan dengan 5 cara
yaitu:
2.5.6.1.
Smash penuh.
Menurut Tohar (1992:60), menyatakan bahwa pukulan smash
penuh adalah melakukan pukulan smash dengan mengayunkan raket,
perkenaannya tegak lurus antara daun raket dengan datangnya shuttlecock,
sehingga pukulan itu dilakukan secara penuh.
Pada umumnya pukulan ini mempunyai penerbangan shuttlecock
yang cepat dan keras karena pukulan ini menggunakan tenaga yang besar, maka
akan menguras tenaga yang melakukan pukulan ini, sehingga akan menggoyahkan
posisi berdiri pemain, karena itu melakukan pukulan smash penuh harus
mematikan lawan. Sasaran pukulan smash penuh ada dua arah, yaitu
mengarah lurus sepanjang garis samping dan mengarah ke tubuh lawan.
Mengenai pukulan smash penuh dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 2.2
Gerakan Melakukan Pukulan Smash Penuh
( Armbruster, Musken And Mood, 1979:39 )
2.5.6.2.
Smash potong (iris).
Menurut Tohar (1992:60), menyatakn bahwa pukulan smash
dipotong adalah melakukan pukulan smash pada saat impact atau
perkenaan antara ayunan raket dan penerbangan shuttlecock dilakukan
dengan cara dipotong atau diiris, sehingga kecepatan jalannya shuttlecock
agak kurang cepat tetapi daya luncur shuttlecock tajam.
Menurut M.L Johnson (1990:134), menyatakan bahwa
”Pukulan smash dipotong dilakukan dengan cara memotong (slice) terhadap
shuttlecock menurut sudut miring pada permukaan raket. Semakin kecil
permukaan raket yang terbentur shuttlecock semakin berkurang kecepatan shuttlecock
itu. Sebab itu menggunakan sepenuhnya ayunan yang cepat sekali menurut pola
pukulan smash yang biasa, akan menghasilkan pukulan yang lebih lambat
dari biasa”.
Pukulan smash Dipotong dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Gambar 2.3
Gerakan Melakukan Smash Memotong Forehand
( M.L Johnson, 1990:134 )
2.5.6.3. Smash melingkar di atas kepala.
Menurut Tohar (1992:61),
menyatakan bahwa ”Pukulan samsh melingkar adalah melakukan gerakan dengan
mengayunkan tangan yang memegang raket, kemudian dilingkarkan melewati atas
kepala, dilanjutkan dengan mengarahkan pergelangan tangan dengan cara
mencambukkan raket, sehingga melentingkan shuttcock mengarah ke seberang
lapangan pihak lawan. Perlu diingat bahwa pukulan samash melingkar ini
dibutuhkan kelentukan dan koordinasi gerakan badan pemain serta sangat
membutuhkan ketrampilan gerak pergelangan tangan, waktu mengantisipasi
ketepatan pukulan dan menjaga keseimbangan badan dalam meraih pengambilan shuttlecock
dan terakhir gerakan lanjutan untuk menjaga agar tetap berdiri tegak dan tidak
goyah untuk menerima pengembalian dari lawan”.
Perhatikan gambar berikut ini !
Gambar 2.4
Gerakan Smash Melingkar
( Tohar, 1992:62 )
2.5.6.4.
Smash cambuk (Flick Smash).
Menurut Tohar (1992:63), menyatakan arti dari pukulan smash
cambukan adalah ”Melakukan pukulan smash dengan cara mengaktifkan
pergelangan tangan untuk melakukan cambukan secara ditekan ke bawah. Gerakan
pukulan smash ini diawali dengan meluruskan lengan ke atas, pada saat impact
ayunan lengan yang lurus sebagai gerak awal, tetapi pada saat memukul
peranan yang utama bukan dari ayunan lengan atau tangan, tetapi gerakan
pergelangan tangan untuk dicambukkan secara dalam sehingga pergelangan tangan
betul-betul aktif untuk menghujam shuttlrcock ke bawah. Kelajuan penerbangan shuttlecock
dari hasil pukulan smash ini tidak cepat, tetapi kecuraman penerbangan shuttlecock
ini yang diharapkan karena lebih curam dan tajam. Dalam pukulan smash
cambukan ini akan berdaya guna dan berhasil guna bila dilakukan secara
menyilang”.
Agar lebih jelas lihat gambar berikut ini !
Gambar 2.5
Gerakan Melakukan Pukulan Smash Cambuk
( Tohar, 1992:63 )
2.5.6.5.
Smash backhand.
Menurut Tohar (1992:64), menyatakan bahwa pukulan backhand
smash adalah ”Melakukan pukulan smash menggunakan daun raket bagian
belakang sebagai alat pemukul. Sedang biasanya yang digunakan untuk memukul
adalah daun raket bagian depan yang disebut forehand. Pada saat memukul
dengan cara backhand ini posisi badan membelakangi jaring. Pukulan backhand
smash yang utama menggunakan gerakan cambukan pergelangan tangan yang
diarahkan atau digerakkan menukik ke belakang”.
Perhatikan gambar berikut ini
!
Gambar 2.6
Gerakan Memukul Backhand Smash
( M.L Lohnson,
1990:101 )
2.8.
Mahasiswa IKK Bulutangkis terkait dengan Kurikulum
Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Sehubungan dengan komponen
tersebut, IKK bulutangkis sendiri merupakan salah satu matakuliah mutlak yang
harus diikuti oleh mahasiswa jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga yang telah
memilih olahraga bulutangkis sebagai Matakuliah Keahlian Berkarya (MKB).
Sebelum sampai pada tahap memilih matakuliah keahlian, mahasiswa jurusan PKLO
menempuh matakuliah Teknik dan Praktek Bulutangkis terlebih dahulu. Matakuliah
ini ditempuh selama satu semester.
Pada kurikulum jurusan
Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKLO) FIK UNNES tahun 2004, semester VI
mahasiswa jurusan PKLO diwajibkan untuk memilih salah satu cabang olahraga yang
akan dijadikannya sebagai keahlian berkarya. Matakuliah IKK bulutangkis sendiri
diperuntuhkan bagi mahasiswa jurusan PKLO yang sebelumnya telah menempuh
matakuliah T/P Bulutangkis dan telah mencapai semester V (lima).
IKK bulutangkis sendiri dibagi
menjadi dua yaitu Praktek Pelatihan Bulutangkis dan Perwasitan Bulutangkis.
Praktek Pelatihan Bulutangkis ditempuh selama dua semester, sedangkan
Perwasitan Bulutangkis ditempuh selama satu semester. Dalam pelaksanaannya
disini mahasiswa dilatih oleh tim dosen agar dapat menguasai teknik-teknik
dalam permainan bulutangkis dan peraturan permainan sehingga mahasiswa sendiri
dituntut untuk bisa bermain bulutangkis dengan teknik serta peraturan yang baik
dan benar.
Berdasarkan uraian diatas,
berarti mahasiswa IKK bulutangkis II PKLO FIK UNNES Tahun ajaran 2007/2008,
telah menguasai teknik-teknik permainan bulutangkis dan memiliki kecakapan
bermain bulutangkis.
Selain memiliki kondisi fisik
yang baik, melakukan latihan secara rutin dan terprogram, dan menguasai
teknik-teknik pukulan dalam permainan bulutangkis, yang mempengaruhi tingkat
kecakapan bermain bulutangkis mahasiswa IKK bulutangkis II PKLO FIK UNNES Tahun
ajaran 2007/2008, juga terdapat beberapa faktor. diantaranya faktor kualitas
pelatih, faktor kualitas atlet, faktor sarana prasarana, faktor motifasi atlet,
faktor lingkungan dan sebagainya.
2.9.
Faktor Kualitas Pelatih
Dalam pelaksanaan suatu
latihan, setiap atlet-atlet haruslah dibimbing atau diajarkan berbagai macam
teknik-teknik serta cara berlatih yang baik dan benar agar dari atlet sendiri
dapat menguasai setiap yang diajarkan oleh dosen atau pelatih. Hal ini
bertujuan supaya mahasiswa IKK bulutangkis II PKLO FIK UNNES Tahun ajaran
2007/2008 memiliki kecakapan dalam permainan bulutangkis. Peranan seorang
tenaga pendidik atau Dosen sangat mempengaruhi kemampuan bermain mahasiswa IKK
bulutangkis.
Di setiap pelaksanaan
latihan rutin IKK bulutangkis II PKLO FIK UNNES Tahun ajaran 2007/2008.,
mahasiswa IKK dilatih oleh dosen yang memiliki kemampuan dalam penguasaan teori
maupun praktek bermain bulutangkis yang memenuhi syarat dan benar-benar mampu
melatih bulutangkis. Yang menjadi kendala dalam latihan mahasiswa IKK
bulutangkis adalah dari segi jumlah tenaga pelatih atau jumlah Dosen yang
mengampu matakuliah bulutangkis. Kendala jumlah tenaga pelatih ini dapat
menjadi salah satu aspek yang mempengaruhi tingkat kecakapan bermain
bulutangkis pada mahasiswa IKK bulutangkis II PKLO FIK UNNES Tahun ajaran
2007/2008.
2.10.
Sarana Prasarana
Sarana prasarana yang
memadai juga merupakan salah satu faktor penting yang mendukung mahasiswa IKK
untuk memiliki kecakapan yang baik dalam permainan bulutangkis. Bagi mahasiswa
yang mengikuti IKK bulutangkis II PKLO FIK UNNES Tahun ajaran 2007/2008,
diberikan fasilitas yang sangat memadai, diantaranya lapangan bulutangkis indoor
yang didalamnya terdapat tiga buah lapangan yang digunakan untuk proses
perkuliahan, lengkap dengan alat-alat yang digunakan dalam permainan
bulutangkis, diantaranya shuttlecock dan net. Tetapi yang disayangkan,
dengan jumlah lapangan lengkap dengan perlengkapannya tersebut tetap saja belum
cukup bila digunakan untuk perkuliahan bulutangkis. Jumlah shuttlecock
yang diberikan juga jauh dari cukup untuk latihan mahasiswa IKK sendiri.
2.11.
Faktor Motivasi Atlet
Manusia adalah mahluk
yang berkembang, mahluk yang aktif. Tindakan atau perbuatan manusia selain di
tentukan oleh faktor-faktor yang datang dari luar, juga ditentukan oleh faktor
yang datang dari diri sendiri. Perbuatannya atau perilakunya di dorong oleh
kekuatan yang ada di dalam diri manusia atau di sebut motif.dari sini motif
diartikan sebagai pendorong atau penggerak dalam diri manusia yang diarahkan ke
tujuan tertentu.
Sejak lahir manusia
telah membawa motif-motif tertentu. Dengan motif itu individu berusaha memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, terutama untuk kelangsungan hidup. Ini berarti ada
motif yan gbersifat alami (natural motives) yang telah ada pada waktu lahir.
Dalam perkembangan selanjutnya individu memenuhi kebutuhannya itu, yang
manifestasinya dibatasi atau dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, dan karena
itu ada motif-motif yang dipelajari.
Dengan demikian individu
mempunyai motif-motif yang alami dan yang dipelajari. Motif tersebut pada
saat-saat tertentu akan menjadi aktif, bila kebutuhan untuk mencapai tujuan
sangat dirasakan. Motif atau daya penggerak yang aktif ini dinamakan motivasi.
Dalam bidang olahraga,
tidak ada atlet yang dapat menumbuhkan prestasi yang optimal tanpa motifasi
(Aldeman, 1974). Sedangkan yang namanya prestasi itu adalah gabungan antara
keterampilan dan motivasi. Meskipun atlet mempunyai keterampilan yang baik,
tetapi tidak hasrat untuk bermain dengan baik, biasanya akan mengalami
kekalahan. Demikian pula bila atlet memiliki hasrat yang tinggi tetapi tidak
didukung dengan keterampilan yang baik maka hasilnya juga buruk. Hasil yang
optimal dapat dicapai kalau keterampilan dan motivasi itu dapat saling
melengkapi. Berdasarkan pernyataan diatas menunjukkan bahwa motifasi sebagai
aspek suatu proses psikologi berhubungan erat dengan keterampilan serta perlu
ditumbuhkan dan dibina dalam pencapaian prestasi atlet yang optimal.
Berdasarkan uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa motifasi adalah keseluruhan daya penggerak
(motif-motif) didalam diri individu yang menimbulkan kegiatan berolahraga,
menjamin kelangsungan latihan dan memberikan arah pada kegiatan latihan untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki. Menurut Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa (1987, 99), motivasi pada atlet dapat
dibagi menjadi dua macam, diantaranya :
2.11.1.
Motivasi intrinsik
Pengertian motivasi intrinsik
adalah dorongan dari dalam yang menyebabkan seorang atlet berpartisipasi,
dorongan ini sering dikatakan dibawa sejak lahir, sehingga tidak dapat dipelajari.
Setelah peneliti lihat dan amati pada pelaksanaan perkuliahan IKK bulutangkis
II PKLO FIK UNNES, mahasiswa yang mengikuti perkuliahan ini sebagian besar
motivasinya berasal dari dalam diri mereka sendiri atau disebut motivasi intrinsik.
Di sini mahasiswa
mengikuti perkuliahan serta latihan mandiri dalam IKK bulutangkis bukan karena
situasi buatan (dorongan dari luar) melainkan karena mencari kepuasan dalam
dirinya. Bagi mahasiswa IKK bulutangkis II tersebut, kepuasan diri diperoleh
lewat pencapaian prestasi bukan lewat pemberian hadiah, pujian atau penghargaan
lainnya.
2.11.2.
Motivasi ekstrinsik
Pengertian motivasi
ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar diri atlet yang menyebabkan
atlet tersebut berpartisipasi dalam kegiatan olahraga. Dorongan ini berasal
dari pelatih, guru, orang tua, bangsa atau berupa hadiah, sertifikat,
penghargaan serta materi. Motivasi ini dapat dipelajari dan tergantung pada
besarnya nilai penguat itu dari waktu ke waktu.
Berdasarkan hasil
pengamatan peneliti pada pelaksanaan perkuliahan IKK bulutangkis II PKLO FIK
UNNES Tahun ajaran 2007/2008, mahasiswa yang mengikuti perkuliahan melaksanakan
perkuliahan ini dengan antusias. absen atau daftar hadir hampir sepenuhnya di
isi dan jarang dari mahasiswa yang tidak berangkat mengikuti perkuliahan IKK
bulutangkis. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan dari segi motifasi
mahasiswa untuk mengikuti IKK bulutangkis II PKLO FIK UNNES Tahun ajaran
2007/2008 sangat tinggi.